Jumat, 04 Oktober 2013

Bank Indonesia klaim perbaikan ekonomi sudah diprediksi

Tekanan inflasi mulai mereda setelah Badan Pusat Statistik melansir, September 2013 terjadi deflasi 0,35 persen (mtm) atau 8,40 persen (yoy).
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Difi Ahmad Johansyah mengatakan, deflasi tersebut lebih besar dari perkiraan Survei Pemantauan Harga (SPH) Bank Indonesia, dan jauh lebih rendah dari perkiraan inflasi oleh banyak analis.
"Pasokan yang melimpah karena panen beberapa komoditas hortikultura, terutama bawang merah dan cabe menyebabkan koreksi harga pangan tercatat cukup dalam," kata Difi dalam berita tertulis yang diterima merdeka.com, Selasa (1/10).
Selain itu, turunnya harga daging sapi juga mendorong deflasi sehingga kelompok volatile food mencatat deflasi 3,38 persen (mtm). "Meredanya tekanan inflasi bulanan juga terjadi pada kelompok inti dan administered prices, masing-masing mencapai 0,57 persen (mtm) dan 0,34 persen (mtm), seiring meredanya dampak kenaikan harga BBM dan koreksi harga paska Lebaran," papar Difi.
Terkendalinya harga-harga tersebut, lanjut Difi, sejalan dengan perkiraan Bank Indonesia bahwa inflasi akan sangat rendah dan kembali ke pola normal mulai September dan bulan-bulan ke depan.
Kinerja neraca perdagangan Agustus 2013 yang tercatat surplus USD 130 juta sejalan dengan penurunan impor. Neraca perdagangan non-migas mengalami surplus sebesar USD 1,03 miliar, sementara defisit neraca perdagangan migas menyempit menjadi USD 900 juta.
Surplus neraca perdagangan non-migas terjadi seiring penurunan impor non-migas sebesar 29,5 persen (mtm) yang jauh lebih cepat dibandingkan laju penurunan ekspor non-migas sebesar 18,9 persen (mtm).
"Impor non-migas mencapai titik terendah sepanjang 2013 terutama disebabkan impor barang modal, khususnya alat angkutan untuk industri," jelas Difi.
Dari analisa BI, turunnya ekspor non-migas dipengaruhi pertumbuhan ekonomi global dan harga komoditas ekspor yang belum kuat. Terutama pada ekspor kelompok barang primer (batu bara, karet mentah, dan minyak & lemak nabati) dan kelompok produk manufaktur (mesin dan alat transportasi, produk kimia, barang konsumen lain yang lebih rendah, dan produk semi-manufaktur lainnya).
Di sisi migas, defisit neraca perdagangan migas Agustus 2013 menyempit terutama karena ekspor minyak meningkat sebesar 25,2 persen (mtm) seiring dengan kenaikan lifting minyak, sementara impor minyak turun sebesar 12,8 persen (mtm) sejalan dengan masih besarnya stok penyangga setelah Pertamina melakukan impor minyak yang besar di bulan Juli.
"Perbaikan kinerja neraca perdagangan tersebut sejalan dengan perkiraan Bank Indonesia bahwa defisit transaksi berjalan triwulan III-2013 akan lebih kecil dari defisit yang terjadi pada triwulan II-2013," tutup Difi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar