Sabtu, 18 Desember 2010

tugas rangkuman (IBD)

A. MANUSIA
Manusia di alam dunia ini mempunyai peranan yang unik, dan dapat dipandang dari banyak segi. Dalam ilmu kimia, manusia dipandang sebagai kumpulan dari partikel-partikel atom yang membentuk jaringan-jaringan sistem yang dimiliki oleh manusia. Menurut ilmu fisika, manusia merupakan kumpulan dari berbagai sistem fisik yang saling terkait satu sama lain dan merupakan kumpulan dari energi. Ilmu biologi, manusia merupakan makhluk biologis yang tergolong dalam golongan makhluk mamalia. Dalam ilmu-ilmu sosial, manusia ialah makhluk yang ingin memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkan setiap kegiatan, ini disebut homo economicus. Ilmu sosiologi, manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri. Ilmu politik, manusia adalah makhluk yang selalu ingin mempunyai kekuasaan. Ilmu filsafat, manusia merupakan makhluk yang berbudaya.
Ada 2 pandangan yang akan kita jadikan acuan untuk menjelaskan tentang unsur-unsur yang membangun manusia, diantaranya :
1). Manusia itu terdiri dari 4 unsur yang saling terkait, yaitu :
         a. Jasad : badan kasar manusia yang nampak pada luarnya, dapat diraba, difoto
             dan menempati ruang & waktu.
         b. Hayat : mengandung unsur hidup, yang ditandai dengan gerak.
         c. Ruh : bimbingan dan pimpinan Tuhan, daya yang bekerja secara spiritual dan
             memahami kebenaran, suatu kemampuan mencipta yang bersifat konseptual
             yang menjadi pusat lahirnya kebudayaan.
         d. Nafs : kesadaran tentang diri sendiri.

2). Manusia sebagai satu kepribadian mengandung 3 unsur, yaitu :
         a. Id : merupakan struktur kepribadian yang paling primitif dan paling Nampak
             menunjukkan ciri alami.
         b. Ego : merupakan bagian atau struktur kepribadian yang pertama kali
             dibedakan dari Id sering disebut sebagai kepribadian karena dapat
             menghubungkan energi Id ke dalam saluran sosial yang dapat dimengerti oleh
             orang lain.
         c. Superego : merupakan struktur yang paling akhir muncul kira-kira pada usia 5
             tahun.


B. HAKEKAT MANUSIA
a. Makhluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang
     utuh.
b. Makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, jika dibandingkan dengan makhluk
     lainnya, karena memiliki daya rasa dalam diri manusia ada 2 macam: inderawi dan
     rohani. Perasaan inderawi adalah rangsangan jasmani melalui pancaindera,
     perasaan rohani adalah perasaan luhur yang hanya terdapat pada manusia,
     misalnya:
       1. Perasaan intelektual : perasaan yang berkenaan dengan pengetahuan.
       2. Perasaan estetis : perasaan yang berkenaan dengan keindahan.
       3. Perasaan etis : perasaan yang berjenaan denagn kebaikan.
       4. Perasaan diri : perasaan yang berkenaan dengan harga diri karena ada
           kelebihan dari yang lain.
       5. Perasaan sosial : perasaan yang berkenaan dengan kelompok atau korp atau
           hidup bermasyarakat, ikut merasakan kehidupan orang lain.
       6. Perasaan religius : perasaan yang berkenaan denang agama/kepercayaan.
c. Makhluk biokultural yaitu makhluk hayati yang budayawi yang meliputi :
    kemasyarakatan, kekerabatan, psikologi sosial, kesenian, ekonomi, perkakas,
    bahasa.
d. Makhluk ciptaan Tuhan yang terkait dengan lingkungan (ekologi), mempunyai
    kualitas dan martabat karena kemampuan bekerja dan berkarya.


C. KEPRIBADIAN BANGSA TIMUR
Sampai sekarang, ilmu psikologi di Negara-negara Barat itu terutama mengembangkan konsep-konsep dan teori –teori yang mengenai aneka warna isi jiwa, serta metode-metode dan alat-alat untuk menganalisis dan mengukur secara detail variasi isi jiwa individu itu . Sebaliknya, ilmu itu masih kurang mengembangkan konsep-konsep yang dapat menganalisis jaringan berkait antara jiwa individu dan lingkungan sosial budayanya.
Untuk menghindari pendekatan terhadap jiwa manusia itu, hanya sebagai subjek yang terkandung dalam batas individu yang terisolasi, maka Francis L.K Hsu telah mengembangkan suatu konsepsi, bahwa dalam jiwa manusia sebagai makhluk sosial budaya itu mengandung 8 daerah yang seolah-olah seperti lingkaran-lingkaran konsentris sekitar diri pribadi.
*  No. 7 dan 6 : daerah tak sadar dan sub sadar, berada di daerah pedalaman dari alam
    jiwa individu dan terdiri dari bahan pikiran dan gagasan yang tekah terdesak ke
   dalam, sehingga tidak disadari lagi oleh individu yang bersangkutan.
*  No. 5 : kesadaran yang tak dinyatakan (unexpressed conscious), lingkaran itu terdiri
    dari pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan yang disadari oleh si individu yang
    bersangkutan, tetapi disimpannya saja di dalam alam jiwanya sendiri dan tak
    dinyatakan kepada siapapun juga dalam lingkungannya.
*  No. 4 : kesadaran yang dinyatakan (expressed conscious), lingkaran ini di dalam
    alam jiwa manusia mengandung pikiran-pikiran, gagasan-gagasan dan perasaan
    perasaan yang dapat dinyatakan secara terbuka oleh si individu-individu kepada
    sesamanya, yang dengan mudah diterima dan dijawab oleh sesamanya.
*  No. 3 : lingkaran hubungan karib, mengandung konsepsi tentang orang-orang,
    binatang-binatang, atau benda-benda yang oleh si individu diajak bergaul secara
    mesra dan karib, yang bisa dipakai sebagai tempat berlindung dan tempat
    mencurahkan isi hati apabila ia sedang terkena tekanan batin atau dikejar-kejar  
    oleh kesedihan dan oleh masalah-masalah hidup yang menyulitkan.
*  No. 2 : lingkungan hubungan berguna, tidak lagi ditandai oleh sikap saying dan
    mesra, melainkan ditentukan oleh fungsi kegunaan dari orang, binatang atau benda
    benda itu bagi dirinya.
*  No. 1 : lingkaran hubungan jauh, terdiri dari pikiran dan sikap dalam alam jiwa
    manusia tentang manusia, benda-benda, alat-alat, pengetahuan dan adat yang ada
    dalam kebudayaan dan masyarakat sendiri, tetapi yang jarang sekali mempunyai
    arti dan pengaruh langsung terhadap terhadap kehoidupan sehari-hari.
 * No. 0 : linkungan dunia luar, terdiri dari pikiran-pikiran dan anggapan-anggapan
    yang hampir sama dengan pikiran yang terletak di luar masyarakat dan Negara
    Indonesia, dan ditanggapi oleh individu bersangkutan dengan sikap masa bodoh.
Banyak orang masih sering mempersoalkan perbedaan antara kebudayaan Barat dan kebudayaan Timur. Padahal konsep itu berasal dari orang Eropa Barat dalam zaman ketika mereka berexpansi menjelajahi dunia.
Orang-orang yang sering mendiskusikan kontras antara kedua konsep tersebut secara populer, biasanya menyangka bahwa kebudayaan Timur lebih mementingkan kehidupan kerohanian, mistik, piliran preologis, keramahtamahan, dan gotong royong. Sedangakan, kebudayaan Barat lebih mementingkan kebendaan, pikiran logis, hubungan asas guna (hubungan hanya berdasarkan prinsip guna), dan individualisme.


D. PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Melville J. Herkovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa Cultural Deternism berarti segala sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat ditentukan adanya oleh kebudayaan yang dimiliki masyarakat itu.
Kebudayaan jika dikaji dari asal kata bahasa Sansekerta berasal dari kata budhayah yang berarti budi/akal. Dalam bahasa Latin, kebudayaan berasal dari kata colere yang berarti mengolah tanah.
Jadi, kebudayaan secara umum adalah “segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi (pikiran) manusia dengan tujuan untuk mengolah tanah atau tempat tinggalnya, atau dapat pula diartikan segala usaha manusia untuk dapat melangsungkan dan mempertahankan hidupnya di dalam lingkungannya”.
Berikut ini adalah definisi kebudayaan dari beberapa ahli :
-  Menurut Herkovits : kebudayaan sebagai sesuatu yang superorganic, karena
    kebudayaan yang turun temurun dari generasi ke generasi hidup terus.
-  Menurut E.B.Tylor : kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan,
    kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan kemampuan
    lain serta kebiasaan kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota
    masyarakat.
-  Menurut Selo Sumarjan dan Soelaeman Soemardi merumuskan kebudayaan sebagai
   semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.
-  Menurut Sutan Takdir Alisyahbana : kebudayaan adalah manifestasi dari cara
    berpikir.
-  Menurut Koentjaraningrat : Kebudayaan berarti keseluruhan gagasan dan karya
   manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil
   budi pekertinya.
-  Menurut A.L Krober dan C.Kluckhon : Kebudayaan adalah manifestasi atau
    penjelmaan kerja jiwa manusia dalam arti seluas-luasnya.
-  Menurut C.A.Van Peursen: Kebudayaan diartikan sebagai manivestasi kehidupan
   setiap orang, dan kehidupan setiap kelompok orang-orang, berlainan dengan hewan
   hewan, maka manusia tidak hidup begitu saja ditengah alam, melainkan selalu
   mengubah alam.
Hakekat kebudayaan terwujud dalam tiga sistem kebudayaan secara terperinci :
- Sistem ideologi : meliputi etika, norma, adat istiadat, peraturan hokum yang
   berfungsi sebagai pengarahan untuk system social dan berupa interpretasi
   operasional dari sistem nilai dan gagasan utama yang berlaku dalam masyarakat.
- Sistem sosial : meliputi hubungan dan kegiatan social di dalam masyarakat.
- Sistem teknologi : meliputi segala perhatian serta penggunaanya, sesuai dengan nilai
  budaya yang berlaku.


E. UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN
Melville J. Herkovits mengatakan bahwa ada 4 unsur dalam kebudayaan, yaitu alat-alat teknologi , sistem ekonomi, keluarga, dan kekuatan politik. Sedangkan, Bronislaw Malinowski mengatakan bahwa unsur-unsur itu terdiri sistem norma, organisasi ekonomi, alat-alat atau lembaga-lembaga ataupun petugas pendidikan, dan organisasi kekuatan. Lalu menurut C. Kluckhohn di dalam karyanya berjudul Universal Categories of Culture mengemukakan ada 7 unsur kebudayaan universal, yaitu :
   1. Sistem religi ( sistem kepercayaan) : Produk manusia sebagai homo religious,
       maksudnya manusia tanggap bahwa di atas kekuatan dirinya terdapat kekuatan
       lain yang Maha Besar.
   2. Sistem organisasi kemasyarakatan : Produk manusia sebagai homo socius.
   3. Sistem pengetahuan : Produk manusia sebagai homo sapiens, maksudnya
       pengetahuan itu dapat diperoleh dari pemikiran sendiri dan didapat juga dari
       orang lain.
   4. Sistem mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi : produk manusia
       sebagai homo economicus, menjadikan tingkat kehidupan manusia secara umum
       terus meningkat.
   5. Sistem teknologi dan peralatan : produk dari manusia sebagai homo faber.
   6. Bahasa : produk manusia sebagai homo longuens.
   7. Kesenian : hasi dari manusia sebagai homo aesteticus.


F. WUJUD KEBUDAYAAN
Menurut dimensi wujudnya, kebudayaan mempunyai 3 wujud, yaitu:
   1. Kompleks gagasan, konsep, dan pikiran manusia: wujud ini disebut system
       budaya, sifatnya abstrak, tidak dapat dilihat, dan berpusat pada kepala-kepala
       manusia yang menganutnya, atau dengan perkataan lain.
   2. Kompleks aktivitas: berupa aktivitas manusia yang saling berinteraks, bersifat
       kongkret, dapat diamati atau diobservasi.
   3. Wujud sebagai benda: aktivitas manusia yang saling berinteraksi tidak lepas dari
       berbagai penggunaan peralatan sebagai hasil karya manusia untuk mencapai
       tujuannya.


G. ORIENTASI NILAI BUDAYA
Secara universal menyangkut 5 masalah pokok kehidupan manusia, yaitu:
    1. Hakekat hidup manusia (MH), hakekat hidup manusia dalam kebudayaan
         berbeda.
    2. Hakekat karya manusia (MK), sudah jelas amat berbeda karena manusia
         memiliki kemampuan masing-masing.
    3. Hakekat Waktu Manusia (WM), karena memiliki kemampuan masing-masing
        maka waktu yang diperlukan juga berbeda.
    4. Hakekat alam Manusia (MA), adanya 2 anggapan yang berbeda antara yang pro
        eksploitasi dan ada yang kontra.
    5. Hakekat Hubungan manusia (MN), mementingkan 2 hubungan manusia.


H. PERUBAHAN KEBUDAYAAN
Terjadinya gerak/perubahan ini disebabkan oleh beberapa hal :
1. Sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaannya sendiri, misal
    perubahan jumlah dan komposisi penduduk.
2. Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup.
Perubahan kebudayaan ialah perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang dimiliki bersama oleh para warga masyarkat yang bersangkutan, antara lain aturan-aturan, norma-norma yang digunakan sebagai pegangan dalam kehidupan, juga teknologi, selera,kesenian,dan bahasa.
Beberapa masalah yang menyangkut proses akulturasi kebudayaan ,diantaranya :
1. Pada umumnya unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah diterima adalah :
    - Unsur kebudayaan kebendaan seperti peralatan yang terutama sangat mudah
       dipakai dan dirasakan sangat bermanfaat bagi masyarakat yang menerimanya.
    - Unsur-unsur yang terbukti membawa manfaat besar.
    - Unsur yang mudah disesuaikan dengan keadaan masyarakatnya.
2. Unsur-unsur Kebudayaan yang sulit diterima oleh sesuatu masyarakat, misalnya :
    - Unsur yang menyangkut sistem kepercayaan seperti ideologi,falsafah hidup,dll.
    - Unsur-unsur yang dipelajari pada taraf pertama proses sosialisasi.
3. Pada umumnya, generasi muda dianggap sebagai individu-individu yang cepat
    menerima unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk melalui proses akulturasi.
4. Suatu masyarakat yang terkena proses akulturasi, selalu ada kelompok-kelompok
    individu yang sukar sekali atau bahkan tak dapat menyesuaikan diri dengan
    perubahan-perubahan yang terjadi.
Berbagai faktor yang mempengaruhi diterima/tidaknya suatu unsure kebudayaan baru diantaranya :
1. Corak struktur sosial suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan
     kebudayaan baru.
2. Suatu unsur kebudayaan diterima jika sebelumnya sudah ada unsur-unsur
     kebudayaan yang menjadi landasan bagi diterimanya unsur kebudayaan yang baru
     tersebut.
3. Apabila unsur yang baru itu memiliki skala kegiatan yang terbatas, dan dapat
    dengan mudah dibuktikan kegunaannya oleh warga masyarakat yang bersangkutan.


I. IKATAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
Dari sisi lain, hubungan antara manusia dengan kebudayaan ini dapat dipandang setara dengan hubungan antara manusia dengan masyarakat dinyatakan sebagai dialektis, maksudnya saling terkait satu sama lain. Proses dialektis ini tercipta melalui 3 tahap yaitu :
1. Eksternalisasi : proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan
     membangun dunianya.
2. Obyektivasi : proses dimana masyarakat menjadi realitas obyektif.
3. Internalisasi : proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia.
Pada kondisi sekarang ini kita tidak dapat lagi membedakan mana yang lebih awal muncul, manusia/kebudayaan. Analisa terhadap keberadaan keduanya harus menyertakan pembatasan masalah dan waktu agar penganalisaan dapat dilakukan dengan lebih cermat.

Rabu, 15 Desember 2010

interaksi antara manusia dengan alam (BAB V)

Evolusi (dalam kajian biologi) berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu populasi organisme dari satu generasi ke generasi berikutnya. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh kombinasi tiga proses utama: variasi, reproduksi, dan seleksi. Sifat-sifat yang menjadi dasar evolusi ini dibawa oleh gen yang diwariskan kepada keturunan suatu makhluk hidup dan menjadi bervariasi dalam suatu populasi. Ketika organisme bereproduksi, keturunannya akan mempunyai sifat-sifat yang baru. Sifat baru dapat diperoleh dari perubahan gen akibat mutasi ataupun transfer gen antar populasi dan antar spesies. Pada spesies yang bereproduksi secara seksual, kombinasi gen yang baru juga dihasilkan oleh rekombinasi genetika, yang dapat meningkatkan variasi antara organisme. Evolusi terjadi ketika perbedaan-perbedaan terwariskan ini menjadi lebih umum atau langka dalam suatu populasi.
Evolusi didorong oleh dua mekanisme utama, yaitu seleksi alam dan hanyutan genetik. Seleksi alam merupakan sebuah proses yang menyebabkan sifat terwaris yang berguna untuk keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme menjadi lebih umum dalam suatu populasi - dan sebaliknya, sifat yang merugikan menjadi lebih berkurang. Hal ini terjadi karena individu dengan sifat-sifat yang menguntungkan lebih berpeluang besar bereproduksi, sehingga lebih banyak individu pada generasi selanjutnya yang mewarisi sifat-sifat yang menguntungkan ini.[1][2] Setelah beberapa generasi, adaptasi terjadi melalui kombinasi perubahan kecil sifat yang terjadi secara terus menerus dan acak ini dengan seleksi alam.[3] Sementara itu, hanyutan genetik (Bahasa Inggris: Genetic Drift) merupakan sebuah proses bebas yang menghasilkan perubahan acak pada frekuensi sifat suatu populasi. Hanyutan genetik dihasilkan oleh probabilitas apakah suatu sifat akan diwariskan ketika suatu individu bertahan hidup dan bereproduksi.
Walaupun perubahan yang dihasilkan oleh hanyutan dan seleksi alam kecil, perubahan ini akan berakumulasi dan menyebabkan perubahan yang substansial pada organisme. Proses ini mencapai puncaknya dengan menghasilkan spesies yang baru.[4] Dan sebenarnya, kemiripan antara organisme yang satu dengan organisme yang lain mensugestikan bahwa semua spesies yang kita kenal berasal dari nenek moyang yang sama melalui proses divergen yang terjadi secara perlahan ini.
Dokumentasi fakta-fakta terjadinya evolusi dilakukan oleh cabang biologi yang dinamakan biologi evolusioner. Cabang ini juga mengembangkan dan menguji teori-teori yang menjelaskan penyebab evolusi. Kajian catatan fosil dan keanekaragaman hayati organisme-organisme hidup telah meyakinkan para ilmuwan pada pertengahan abad ke-19 bahwa spesies berubah dari waktu ke waktu.Namun, mekanisme yang mendorong perubahan ini tetap tidaklah jelas sampai pada publikasi tahun 1859 oleh Charles Darwin, On the Origin of Species yang menjelaskan dengan detail teori evolusi melalui seleksi alam.Karya Darwin dengan segera diikuti oleh penerimaan teori evolusi dalam komunitas ilmiah.Pada tahun 1930, teori seleksi alam Darwin digabungkan dengan teori pewarisan Mendel, membentuk sintesis evolusi modern,yang menghubungkan satuan evolusi (gen) dengan mekanisme evolusi (seleksi alam). Kekuatan penjelasan dan prediksi teori ini mendorong riset yang secara terus menerus menimbulkan pertanyaan baru, di mana hal ini telah menjadi prinsip pusat biologi modern yang memberikan penjelasan secara lebih menyeluruh tentang keanekaragaman hayati di bumi.
Meskipun teori evolusi selalu diasosiasikan dengan Charles Darwin, namun sebenarnya biologi evolusioner telah berakar sejak zaman Aristoteles. Namun demikian, Darwin adalah ilmuwan pertama yang mencetuskan teori evolusi yang telah banyak terbukti mapan menghadapi pengujian ilmiah. Sampai saat ini, teori Darwin mengenai evolusi yang terjadi karena seleksi alam dianggap oleh mayoritas komunitas sains sebagai teori terbaik dalam menjelaskan peristiwa evolusi.

link :
http://id.wikipedia.org/wiki/Evolusi

interaksi antara manusia dengan alam (BAB IV)

interaksi antara manusia dengan alam (BAB III)

Yang lebih berkelanjutan dan diinginkan masa depan yang lebih baik memerlukan manusia untuk belajar dari masa lalu interaksi dengan lingkungan. multi koneksi telah dibuat sepanjang waktu dari reaksi manusia untuk berubah.



Sebagai contoh, kekeringan ekstrim dipicu baik keruntuhan sosial dan sistem revolusioner pengelolaan air melalui irigasi. Sebuah artikel di edisi terbaru Ambio: Sebuah Jurnal Lingkungan Hidup Manusia mempelajari makna sejarah interaksi manusia dengan alam.
Masyarakat di abad ke-21 adalah sebuah sistem global, dan masalah yang paling kritis yang dihadapi umat manusia melampaui batas nasional dan regional. Di masa lalu, ketika peradaban ditantang, atau bahkan ketika mereka runtuh, itu terjadi di daerah yang relatif terpencil. Dalam sistem kami secara global saling berhubungan, masalah sosial atau lingkungan yang besar di satu daerah mengancam seluruh sistem.
tindakan sosial saat ini, seperti kontribusi terhadap pemanasan global, dapat bergaung dan lain cara iklim selama berabad-abad ke depan. Jika masyarakat ingin bertahan masalah terakumulasi sekarang menghadapi, sebuah transdisciplinary, pemahaman yang terpadu tentang bagaimana manusia berinteraksi dengan alam di masa lalu sangat penting.
Untuk mengembangkan pemahaman yang terintegrasi dari hubungan antara perubahan manusia dan lingkungan, sebuah proyek penelitian perubahan masyarakat global telah mulai disebut "Sejarah Terpadu dan masa depan Orang di Bumi (IHOPE)."
IHOPE mengambil sikap positif terhadap tantangan yang dihadapi-perubahan penelitian komunitas global dan pendukung percaya bahwa jika kita benar-benar dapat memahami masa lalu, kita dapat membuat, lebih berkelanjutan dan diinginkan di masa mendatang yang lebih baik.

link :
http://www.azocleantech.com/news.aspx?newsID=105&lang=id

interaksi antara manusia dengan alam (BAB II)

HUBUNGAN TIMBAL BALIK MANUSIA DENGAN ALAM

Interaksi manusia dengan lingkungannya yang sudah terjalin sejak ribuan tahun menghasilkan sejumlah bentuk strategi adaptasi. Pada awalnya manusia bertahan dengan strategi adaptasi pengumpul-berburu, kemudian dilanjutkan dengan perladangan-perkebunan, seterusnya dengan peternakan. Setelah itu berkembang pertanian intensif, dan strategi yang terakhir adalah dengan cara kehidupan industri. Strategi perladangan-pekebunan sering dianggap sebagai awal dari peradaban, karena manusia mulai menandai wilayah yang dipakai dan dimiliki bagi kelangsungan hidupnya. Manusia tidak merubah bentang alam (lingkungan) di tahap berburu-meramu, namun mulai merubah dalam skala kecil di tahap perladangan, serta peternakan. Pada bentuk strategi adaptasi kedua perubahan bentang alam sedikit terjadi dan ada keterbatasan oleh musim. Pada tahap pertanian intensif manusia mulai merubah lingkungan dan memanfaatkan prinsip grafitasi untuk mendistribusikan air melalui sistem irigasi. Keterbatasan oleh musim membuat manusia mampu menandai saat menanam yang tepat dengan melihat pada posisi bintang seperti Orion. Saat produksi pangan bisa dismpan dan saat proses produksi-distribusinya terkendali maka kotapun lahir. Pembangunan kota sering merubah bentang alam dan bertujuan melawan pembatasan dari musim. Pada strategi adaptasi manusia yang terakhir yaitu industri manusia sudah bisa mengurangi keterbatasan dari musim dan iklim. Namun kota dan industri sudah meninggalkan proses alamiah dan mematikan indera manusia dalam interaksinya dengan lingkungan. Manusia mampu menerapkan informasi melalui rencana dan blue print-nya untuk produksi-distribusi, namun mengabaikan faktor penentu dari lingkungan. Faktor penentu ini adalah iklim dan keadaan topografis dari lokasi kegiatan industrinya.
Daniel Chira yang ahli lingkungan dan WL Thomas ahli geografi-budaya mengambil pendapat para antropolog-arkeolog yang menyatakan bahwa perladangan-perkebunan di Asia diawali di daerah sekitar Timur-tengah dan Selatan Asia yaitu di India, dan Asia Tenggara. Yehudi Cohen dan Phillip Kottak yang antropolog melihat bahwa perladangan adalah langkah awal manusia yang mulai merubah lingkungannya walaupun dalam skala yang kecil. Sebagai suatu sistem produksi makanan, strategi adaptasi perladangan mengambil lahan secukupnya. Para peladang tetap menyediakan atau menyisakan lahan untuk penanaman di masa depan sekaligus untuk memulihkan kesuburannya kembali. Dalam hal ini Otto Soemarwoto pernah mengingatkan pentingnya melaksanakan “prinsip secukupnya” dalam pemanfaatan sumberdaya lahan. Hadirnya lahan (ruang) yang di-cadang-kan, menunjukkan pemanfaatan yang bersifat protektif. Di kalangan peladang sering ada daerah terlarang yang harus selalu di lindungi dan samasekali tak boleh dijamah, dan umumnya berada di sekitar mata air. Sifat protektif (preservation principle) sebagai prinsip dari perladangan ini, sering tidak terlihat dan diabaikan oleh orang luar. Ahli filsafat Australia yaitu Warwick Fox memilah interaksi manusia dengan lingkungannya dalam beberapa pola. Pola interaksi pertama manusia mengeksploitasi lingkungan semaksimal mungkin. Pola kedua manusia memanfaatkan lingkungannya dengan prinsip konservasi untuk produksi. Pola ketiga manusia memanfaatkan lingkungannya dengan prinsip protektif untuk menjaga keautentikan dari sebuah sumberdaya alam.
Manusia sebagaimana makhluk lainnya memiliki keterkaitan dan ketergantungan terhadap alam dan lingkungannya. Namun demikian, pada akhir-akhir ini, manusia justru semakin aktif mengambil langkah-langkah yang merusak, atau bahkan menghancurkan lingkungan hidup. Hampir setiap hari kita mendengar berita menyedihkan tentang kerusakan alam yang timbul pada sumber air, gunung, laut, atau udara. Bencana lumpur lapindo yang kunjung usai, banjir Jakarta, Adam Air, demam berdarah, flu burung, kekeringan, dan sebagainya selalu menghiasi berita di televisi maupun di koran-koran.
Pemanfaatan alam lingkungan secara serampangan dan tanpa aturan telah dimulai sejak manusia memiliki kemampuan lebih besar dalam menguasai alam lingkungannya. . Dengan mengeksploitasi alam, manusia menikmati kemakmuran hidup yang lebih banyak. Namun sayangnya, seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi, alam lingkungan malah dieksploitasi sedemikian rupa sehingga menimbulkan kerusakan yang dahsyat.
Kerusakan alam yang ditimbulkan oleh manusia bersumber dari cara pandang manusia terhadap alam lingkungannya. Dalam pandangan manusia yang oportunis, alam adalah barang dagang yang menguntungkan dan manusia bebas untuk melakukan apa saja terhadap alam. Menurtnya, alam dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin bagi kesenangan manusia. Sebaliknya, manusia yang religius akan menyadari adanya keterkaitan antara dirinya dan alam lingkungan. Manusia seperti ini akan memandang alam sebagai sahabatnya yang tidak bisa dieksploitasi secara sewenang-wenang.
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan masyarakat dalam peran serta dalam audit lingkungan, yaitu prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan. Prinsip-prinsip dasar pengelolaan lingkungan sering dikenal dengan 5 R Plus. R yang pertama adalah replace – ganti bahan baku/ teknologi proses. Hal yang berkaitan dengan upaya untuk mencegah pencemaran atau kerusakan lingkungan akibat dari sumber kegiatan. Kedua, reduce – dengan cara mengendalikan pencemaran atau sumber perusakan lingkungan melalui cara menguurangi beban pencemaran dan/atau dengan melakukan penghematan sumber daya. R ketiga adalah recycle – daur ulang limbah. Prinsip ini untuk mengurangi pencemaran saat proses melalui pemanfaatan limbah. Keempat, adalah reuse – gunakan kembali limbah hasil produksi. R kelima adalah recovery – melakukan pemulihan akibat pencemaran dan kerusakan lingkungan. Untuk itu, ada hal lain, yaitu membuang limbah secara aman dan memenuhi peraturan
Prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan tersebut hakekatnya mensyaratkan perubahan perilaku manusia dalam kaitan dengan pemanfaatan sumberdaya alam. Secara teoritis empirik kemudian dikenal langkah-langkah untuk membuat prinsip-prinsip tersebut menjadi instrumen normatif dan prosedural, seperti pembentukan gerakan moral, pemberian insentif ekonomi, merumuskan kebijakan dan penegakan hukum, pengembangan teknologi sampai pengupayaan Good Governance. Dalam konteks mengusahakan perubahan perilaku ini peranserta masyarakat menjadi penting.
Dalam kerangka Audit Lingkungan hal-hal tentang pengelolaan lingkungan yang diuraikan di atas tetap diacu. Namun, dalam hal ini arah pengelolaan lingkungan sebatas arah proyek, bukan ekosistem atau dalam satuan administrasi pemerintahan ( kabupaten, propinsi, nasional ) maupun global. Artinya, peranserta masyarakat di sini lebih berkenaan dengan kaitan tindakan perorangan atau sejumlah orang yang diorganisir atau tidak terorganisir berinteraksi dengan penanggung jawab usaha dan/ atau kegiatan dalam usahanya setelah kegiatan usaha atau suatu kegiatan berjalan pada tahap operasi dan penanggung jawabnya berusaha menilai tingkat ketaatan opearsinya itu terhadap persyaratan hukum yang berlaku dan/atau kebijaksanaan dan standar yang ditetapkan sebelumnya.
Para ilmuwan lingkungan hidup menyatakan bahwa aturan utama dalam memanfaatkan alam adalah memperhatkan standar dan kapasitas yang ada. Eksploitasi alam secara berlebihan dan tanpa aturan dan pertimbangan yang matang akan menyebabkan krisis lingkungan.
Pemanfaatan sumber daya alam harus selalu memperhatikan dampak negatif yang terjadi terhadap lingkungan Misalnya kasus, dalam sebuah tambang emas, biasa digunakan bahan-bahan kimia untuk memisahkan kandungan emas dari zat-zat lainnya. Sisa-sisa bahan kimia ini bila dibuang begitu saja ke laut, akan menyebabkan tercemarnya air laut dan teracuninya makhluk hidup di laut. Akibatnya, manusia tidak dapat memanfaatkan makhluk-makhluk laut untuk kehidupannya.
Hubungan antara manusia dengan lingakungan alam ini sangat berkaitan dan berkesinambungan terus menerus, kaya ikan hidup diair, jika keluar dari air, hanya beberapa menit saja ikan akan mati. Begitu juga jika airnya tercemari oleh racun yang terus menerus, juga dari limbah industri hasil kreasi manusia ada sebagian ikan mati, maka eko sistem air di kolam/sungai/danau/ laut, akan terganggu, lama kelamaan produksi ikan berkurang. Jika begitu kita, manusia ini, tidak bisa makan ikan sehat lagi. Apalagi jika saudara kita yang propesinya nelayan, cara tangkap ikannya menggunakan bom ( diledakan dalam air laut ), akan sangat cepat sekali merusak lingkungan habitat ikan di laut yang akibatnya kehidupan regenerasi ikan akan berkurang, malahan untuk jenis ikan tertentu akan punah. Jadi ada budaya nelayan kita dalam menangkap ikan itu sangat merusak lingkungan hidup para ikan. Jadi kita sebagai makhluk sosial, harus hidup bermasyarakat saling mengingatkan untuk kebaikan lingkunan hidup kita ini dari kehancuran yang kebanyakan akibat ulah kita sendiri.
Perilaku manusia khususnya terhadap lingkungan sangatlah besar, baik dari segi positif dan negatifnya. Manusia dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman supaya tidak ketinggalan dengan yang lain, tetapi kadang-kadang manusia itu sendiri lupa dengan lingkungan sekitar, sehingga menyebabkan permasalahan bagi lingkungan tersebut maupun manusia lain. Permasalahan-permasalahan tersebut antara lain, kerusakan lingkungan yang meliputi krisis energi, pemanasan global dan efek rumah kaca, penipisan ozon,pengaruh pada kualitas air, tanah,udara, dan kerusakan ekologi dan ekosistem.
Inilah salah satu hasil perbuatan manusia yang merusak lingkungan

Pengelolaan sumberdaya alam untuk pembangunan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi jangka pendek. Karena itu perlu ditetapkan strategi pengelolaan yang menjamin keberlanjutan, keadilan dan berdaya guna tinggi. Upaya untuk meraih strategi tersebut dijembatani dengan pembekalan para pelaku secara berkesinambungan.

link :
http://younggeomorphologys.wordpress.com/2010/04/06/hubungan-timbal-balik-manusia-dengan-alam/

interaksi antara manusia dengan alam (BAB !)

Nadran: Interaksi Budaya Pesisir antara Manusia, Alam dan Sang Pencipta

1. Pendahuluan
      Indonesia dikenal sebagai sebuah Negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya (sekitar 70%) dikelilingi oleh perairan: selat, laut, dan samudra. Menurut data Departemen Kelautan dan Perikanan Indonesia, Indonesia memiliki garis pantai ± 95 ribu km dengan luas ± 6,2 juta km2. Tidak hanya luas, perairan Indonesia pun menyimpan kekayaan laut yang melimpah ruah; berbagai flora dan fauna serta kandungan dasar laut terdapat di dalamnya. Belum usai sampai disitu, aneka ragam keindahan: pantai, deretan karang, dan pelbagai pemandangan indah bawah laut lainnya menjadi pelengkap kekayaan laut Indonesia. Sebuah pertanyaan kemudian muncul, bagaimana cara manusia Indonesia yang mengaku berke-Tuhan-an mensyukuri kekayaan lautnya yang melimpah ruah?
 
     Bermacam cara yang menyimbolkan rasa syukur atas kekayaan laut rupanya telah lama diekspresikan dan dilakukan secara turun-temurun dari generasi ke generasi sesuai dengan kebiasaan, adat, dan kebudayaan di masing-masing tempat di Indonesia. Salah satunya adalah upacara nadran. Nadran merupakan sebuah upacara yang digelar sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil alam (laut) yang diperoleh sepanjang tahun oleh masyarakat khususnya para nelayan di pesisir pantai utara Jawa. Secara singkat nadran kemudian lebih dikenal dengan pengertian pesta laut atau acara sedekah laut.
 
2. Tujuan Upacara Nadran
      Sebuah upacara tentulah memiliki tujuan-tujuannya tertentu, begitu pula upacara nadran. Menurut salah satu budayawan sekaligus seniman Cirebon, Elang Panji , ada beberapa tujuan dari upacara nadran, diantaranya:
 
-          Sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat pesisir (nelayan) kepada alam dan Sang Pencipta.
-          Sebagai pelestarian budaya warisan nenek moyang.
-          Dan sebagai sebuah eksistensi identitas sosial.
link : 
http://www.wacananusantara.org/2/656/Nadran:%20Interaksi%20Budaya%20Pesisir%20antara%20Manusia,%20Alam%20dan%20Sang%20Pencipta